Selamat Datang

Selamat datang di KeperawatanMedika.

Disini anda bisa menemukan hal-hal yang berkaitan dengan asuhan keperawatan kepada pasien.

Semoga bermanfaat.

Sabtu, 02 Oktober 2010

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN KATARAK

A.    Konsep Dasar Penyakit
1.      Definisi
Katarak merupakan setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua – duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. (Kapita Selekta Kedokteran,2001)
Katarak merupakan opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. (Suzanne & Brenda,2002)
Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi.
Katarak adalah perubahan lensa mata yang tadinya jernih dan tembus
cahaya menjadi keruh, menyebabkan gangguan pada penglihatan.
Katarak adalah sejenis kerusakan mata yang menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun. Lensa mata menjadi keruh dan cahaya tidak dapat menembusinya. Keadaan ini memperburuk penglihatan seseorang dan akan menjadi buta jika lewat, atau tidak dirawat
Katarak adalah terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun. Katarak sering terjadi secara bilateral, tetapi tiap katarak mengalami kemajuan secara independen.
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa. Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa.(Sidarta Ilyas,2005)
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul mata. Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah memulai proses degenerasi.
Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruh an yang terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi.
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat air terjun. Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah katarak senilis dan katarak senilis ini merupakan proses degeneratif (kemunduran ). Perubahan yang terjadi bersamaan dengan presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi kuning warnanya dan keruh, yang akan mengganggu pembiasan cahaya.

2.      Epidemiologi
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data statistik menunjukkan bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak. Sekitar 550% orang berusia 75— 85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak
3.      Etiologi
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang.
Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda.
Penyebab katarak lainnya meliputi :
·         Faktor keturunan.
·         Cacat bawaan sejak lahir (Defek congenital:salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal, seperti German Measles )
·         Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
·         Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
·         Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)
·         Gangguan pertumbuhan,
·         Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
·         Rokok dan Alkohol
·         Operasi mata sebelumnya.
·         Trauma (kecelakaan) pada mata.

4.      Penyebab/factor predisposisi
-          Proses penuaan
-          Paparan  jangka sinar ultra violet jangka panjang,.
-          Penggunaan obat – obatan tertentu, khususnya steroid
-          Penyakit tertentu, seperti diabetes
-          Trauma pada mata,
-          Infeksi firus di masa pertumbuhan janin,
-          Kelainan sistemik atau metabolic,
-          Terapi kortikosteroid sistemik
-          Factor keturunan
-          Cacat bawaan sejak lahir

5.      Klasifikasi
Secara umum terdapat 4 jenis katarak seperti berikut:
1.    Katarak congenital:
Merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir yang terjadi akibat gangguan perkembangan embrio intrauterin. Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik,dan histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya berupa penyakit-penyakt herediter seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo kornea.
Katarak kongenital digolongkan dalam katarak :
1.    Kapsulolentikular, dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan katarak polaris.
2.    Katarak lentikular, termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks atau nukleus saja.
Dalam kategori ini termasuk kekeruhan lensa yang timbul sebagai kejadian primer atau berhubungan dengan penyakit ibu dan janin lokal atau umum.
Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan trimester pertama dan pemakainan obat selama kehamilan. Kadang-kadang terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus, atau hepatosplenomegali pada ibu hamil. Bila katarak disertai uji reduksi pada urine yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak kongenital ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem saraf seperti retardasi mental.Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada hubungan katarak kongenital dengan diabetes melitus, fosfor, dan kalsium.
Hampir 50 % katarak kongenital adalah sporadik dan tidak diketahui penyebabnya.
Pada pupil bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat bercak putih atau suatu leukokoria. Pada setiap leukokoria perlu pemeriksaan yang lebih teliti untuk menyingkirkan diagnosis banding lainnya. Pemerisaan leukokoria dilakukan dengan melebarkan pupil.Pada katarak kongenital penyulit yang dapat terjadi adalah makula lutea yang tidak cukup mendapat rangsangan.
Makula tidak akan berkembang sempurna hingga walupun dilakukan ekstraksi katarak maka visus biasanya tidak akan mencapai 5/5. Hal ini disebut ambliopia sensoris (ambyopia ex anopsia). Katarak kongenital dapat menimbulkan komplikasi berupa nistagmus dan strabismus.Kekeruhan katarak kongenital dapat dijumpai dalam berbagai bentuk dan gambaran morfologik.

Dikenal bentuk-bentuk katarak kongenital :
- katarak piramidalis atau polaris anterior
- katarak piramidalis atau polaris posterior
- katarak zonularis atau lamelaris
- katarak pungtata dan lain-lain

Penanganan tergantung jenis katarak unilateral dan bilateral, adanya kelainan mata lain, dan saat terjadinya katarak.
Katarak kongenital prognosisnya kurang memuaskan karena bergantung pada bentuk katarak dan mungkin sekali pada mata tersebut telah terjadi ambliopia. Bila terdapat nistagmus maka keadaan ini menunjukan hal yang buruk pada katarak kongenital.
Tindakan pengobatan pada katarak kongenital adalah operasi. Operasi katarak dilakukan bila refleks fundus tidak tampak. Biasanya bila katarak bersifat total, operasi dapat dilakukan pada usia 2 bulan atau lebih muda bila telah dapat dilakukan pembiusan
.Tindakan bedah yang umum dilakukan pada katarak kongenital adalah disisio lensa, ekstraksi liniar, ekstraksi dengan aspirasi.
Pengobatan katarak kongenital bergantung pada :
1.    Katarak total bilateral, dimana sebaiknya dilakukan pembedahan secepatnya segera setelah katarak terlihat.
2.    Katarak total unilateral, dilakukan pembedahan 6 bulan sesudah terlihat atau segera sebelum terjadinya juling; bila terlalu muda akan mudah terjadi ambliopia bila tidak dilakukan tindakan segera; perawatan untuk ambliopia sebaiknya dilakukan sebaik-baiknya.
3.    Katarak total atau kongenital unilateral, mempunyai prognosis yang buruk, karena mudah terjadi ambliopia; karena itu sebaiknya dilakukan pembedahan secepat mungkin, dan diberikan kacamata segera dengan latihan bebat mata.
4.    Katarak bilateral partial, biasanya pengobatan lebih koservatif sehingga sementara dapat di coba dengan kacamata midriatika; bila terjadi kekeruhan yang progresif disertai mulainya tanda-tanda juling dan ambliopia maka dilakukan pembedahan, biasanya mempunyai prognosis yang lebih baik.
2.    Katarak Rubella
Rubella pada ibu dapat mengakibatkan katarak pada lensa fetus.
Terdapat 2 bentuk kekeruhan yaitu kekeruhan sentral dengan perifer jernih seperti mutiara atau kekeruhan diluar nuklear yaitu korteks anterior dan posterior atau total.
Mekanisme terjadinya tidak jelas, akan tetapi diketahui bahwa rubella dapat dengan mudah melalui barier plasenta. Visus ini dapat masuk atau terjepit didalam vesikel lensa dan bertahan didalam lensa sampai 3 tahun.
3.    Katarak sekunder
Menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat katarak traumatik yang terserap sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi katarak ekstrakapsular.
Epitel lensa subkapsul yang tersisa mungkin mencoba melakukan regenerasi serat-serat lensa, sehingga memberikan gambaran “telur ikan” pada kapsul posterior (manik-manik Elschnig). Lapisan epitel yang berproliferasi tersebut mungkin menghasilkan banyak lapisan, sehingga menimbulkan kekeruhan. Sel-sel ini mungkin juga mengalami diferensiasi miofibroblastik. Kontraksi serat-serat ini menimbulkan banyak kerutan-kerutan kecil di kapsul posterior, yang menimbulkan distorsi penglihatan. Semua ini menimbulkan penurunan ketajaman penglihatan setelah ekstraksi katarak ekstrakapsular.
4.    Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Sebagian besar katarak traumatik dapat dicegah.
Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing, karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang-kadang korpus vitreum masuk dalam struktur lensa.
Pasien mengeluh penglihatan kabur secara mendadak. Mata jadi merah, lensa opak, dan mungkin disertai terjadinya perdarahan intraokular. Apabila humor aqueus atau korpus vitreum keluar dari mata, mata menjadi sangat lunak. Penyulit adalah infeksi, uveitis, ablasio retina dan glaukoma.
5.    Katarak juvenil
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital.
6.    Katarak senil
Katarak senil biasanya mulai pada usia 50 tahun, kecuali bila disertai dengan penyakit lainnya seperti diabetes melitus yang akan terjadi lebih cepat.
Kedua mata dapat terlihat dengan derajat kekeruhan yang sama ataupun berbeda.Proses degenerasi pada lensa dapat terlihat pada beberapa stadium katarak senil. Pada katarak senil akan terjadi degenerasi lensa secara perlahan-lahan. Tajam penglihatan akan menurun secara berangsur-angsur.
Katarak senil merupakan katarak yang terjadi akibat terjadinya degenerasi serat lensa karena proses penuaan
Tanda dan Gejala:
1.      Penglihatan kabur dan berkabut
2.      Merasa silau terhadap sinar matahari, dan kadang merasa seperti ada film didepan mata
3.      Seperti ada titik gelap di depan mata
4.      Penglihatan ganda
5.      Sukar melihat benda yang menyilaukan
6.      Halo, warna disekitar sumber sinar
7.      Warna manik mata berubah atau putih
8.      Sukar mengerjakan pekerjaan sehari-hari
9.      Penglihatan dimalam hari lebih berkurang
10.  Sukar mngendarai kendaraan dimalam hari
11.  Waktu membaca penerangan memerlukan sinar lebih cerah
12.  Sering berganti kaca mata
13.  Penglihatan menguning
14.  Untuk sementara jelas melihat dekat
Stadium dari katarak senil yaitu:
1.      Stadium insipien,
q       Mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa.
q       Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur.
q       Pasien akan mengeluh gangguan penglihatan seperti melihat ganda dengan satu matanya.
q       Pada stadium ini., proses degenerasi belum menyerap cairan mata ke dalam lensa sehingga akan terlihat bilik mata depan dengan kedalaman yang normal, iris dalam posisi biasa disertai dengan kekeruhan ringan pada lensa.
q       Tajam penglihatan pasien belum terganggu
2.      Stadium imatur,
q       Lensa yang degeneratif mulai menyerap cairan mata ke dalam lensa sehingga lensa menjadi cembung.
q       Terjadi pembengkakan lensa yang disebut sebagai katarak intumesen. P
q       Terjadi miopisasi akibat lensa mata menjadi cembung à pasien menyatakan tidak perlu kacamata sewaktu membaca dekat.
q       Akibat lensa yang bengkak, iris terdorong ke depan, bilik mata dangkal dan sudut bilik mata akan sempit atau tertutup.
q       Pada stadium ini dapat terjadi glaukoma sekunder.
q       Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau shadow test akan terlihat bayangan iris pada lensa. Uji bayangan iris positif
3.      Stadium matur
q       Merupakan proses degenerasi lanjut lensa.
q       Terjadi kekeruhan seluruh lensa.
q       Tekanan cairan di dalam lensa sudah dalam keadaan seimbang dengan cairan dalam mata sehingga ukuran lensa akan menjadi normal kembali.
q       Pada pemeriksaan terlihat iris dalam posisi normal, bilik mata depan normal, sudut bilik mata depan terbuka normal, uji bayangan iris negatif.
q       Tajam penglihatan sangat menurun dan dapat hanya tinggal proyeksi sinar positif
4.      Stadium hipermatur
q       Terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair sehingga nukleus lensa tenggelam dalam korteks lensa (katarak Morgagni).
q       Pada stadium ini jadi juga degenerasi kapsul lensa sehingga bahan lensa ataupun korteks yang cair keluar dan masuk ke dalam bilik mata depan.
q       Pada stadium matur akan terlihat lensa yang lebih kecil daripada normal, yang akan mengakibatkan iris tremulans, dan bilik mata depan terbuka.
q       Pada uji bayangan iris terlihat positif walaupun seluruh lensa telah keruh sehingga stadium ini disebut uji bayangan iris pseudopositif.
q       Akibat bahan lensa keluar dari kapsul, maka akan timbul reaksi jaringan uvea berupa uveitis.
q       Bahan lensa ini juga dapat menutup jalan keluar cairan bilik mata sehingga timbul glaukoma fakolitik.
5.      Stadium intumesen
q       Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degenerative yang menyerap air.
q       Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma.
q       Biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopi lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang memberikan miopisasi.
Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
6.      Stadium brunesen
q       Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama pada lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes militus dan miopia tinggi.
q       Sering tajam penglihatan lebih baik dari dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior.
7.    Katarak komplikata
Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang, dan proses degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaucoma, tumor intraocular, iskemia ocular, nekrosis anterior segmen, buftalmos,akibat suatu trauma dan pasca bedah mata. Katarak komplikata dapat juga disebabkan oleh penyakit sistemik endokrin(diabetes melitus, hipoparatiroid,galaktosemia,dan miotonia distrofi) dan keracunan obat ( tiotepa intravena, steroid local lama, steroid sistemik, oral kontraseptik dan miotika antikolinesterase ). Katarak komplikata memberikan tanda khusus dimana mulai katarak selamanya didaerah bawah kapsul atau pada lapis korteks, kekeruhan dapay difus, pungtata, linear, rosete, reticulum dan biasanya terlihat vakuol. Dikenal 2 bentuk yaitu bentuk yang disebabkan kelainan pada polus posterior mata dan akibat kelainan pada polus anterior bola mata. Katarak pada polus posterior terjadi akibat penyakit koroiditis, retinitis pigmentosa, ablasi retina, kontusio retina dan myopia tinggi yang mengakibatkan kelainan badan kaca. Biasanya kelainan ini berjalan aksial dan tidak berjalan cepat didalam nucleus, sehingga sering terlihat nucleus lensa tetap jernih. Katarak akibat miopia tinggi dan ablasi retina memberikan gambaran agak berlainan. Katarak akibat kelainan polus anterior bola mata biasanya diakibatkan oleh kelainan kornea berat, iridoksiklitis, kelainan neoplasma dan glaukoma. Pada iridoksiklitis akan mengakibatkan katarak subkapsularis anterior. Pada katarak akibat glaucoma akan terlihat katarak disiminata pungtata subkapsular anterior (katarak Vogt). Katarak komplikata akibat hipokalsemia berkaitan dengan tetani infantile, hipoparatiroidisma. Pada lensa terlihat kekeruhan titik subkapsular yang sewaktu – waktu menjadi katrak lamellar. Pada pemeriksaan darah terlihat kadar kalsium turun.
Katarak diabetes
Katarak diabetes merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit diabetes mellitus. Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan sistemik, seperti salah satunya pada penyakit diabetes mellitus.
Katarak pada pasien diabetes mellitus dapat terjadi dalam 3 bentuk:
1.      Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata, pada lensa akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan akan hilang bil a tejadi rehidrasi dan kadar gula normal kembali.
2.      Pasien diabetes juvenile dan tua tidak terkontrol, dimana terjadi katarak serentak pada kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snow flake atau bentuk piring subkapsular.
3.      Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara histopatologi dan biokimia sama dengan katarak pasien nondiabetik. Beberapa pendapat menyatakan bahwa pada keaaan hiperglikemia terdapat penimbunan sorbitol dan fruktosa di dalam lensa. Pada mata terlihat peningkatkan insidens maturasi katarak yang lebih pada pasien diabetes. Jarang ditemukan “true diabetic” katarak. Pada lensa akan terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsular yang sebagian jernih dengan pengobatan. Diperlukan pemeriksaan tes urine dan pengukuran darah gula puasa.Galaktosemia pada bayi akan memperlihatkan kekeruhan anterior dan subkapsular posterior. Bila dilakukan tes galaktosa akan terlihat meningkat di dalam darah dan urin.

Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi terjadinya:
1.      KATARAK INTI (NUCLEAR)
Merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya terletak pada nukleus atau bagian tengah dari lensa.
Biasanya karena proses penuaan.
Keluhan yang biasa terjadi:
·         Menjadi lebih rabun jauh sehingga mudah melihat dekat, dan untuk melihat dekat melepas kaca matanya
·         Setelah mengalami penglihatan kedua ini ( melihat dekat tidak perlu kaca mata ) penglihatan mulai bertambah kabur atau lebih menguning.
·         Lensa lebih coklat
·         Menyetir malam silau dan sukar membedakan warna biru dan ungu
2.      KATARAK KORTIKAL
Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan kekeruhan putih mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga mengganggu penglihatan.
Banyak pada penderita DM.
Keluhan yang biasa terjadi:
·         Penglihatan jauh dan dekat terganggu
·          Penglihatan merasa silau dan hilangnya penglihatan kontra
3.      KATARAK SUBKAPSULAR
Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada lajur jalan sinar masuk. DM, renitis pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dapat mencetuskan kelainan ini. Biasanya dapat terlihat pada kedua mata.
Keluhan yang biasa terjadi:
• Mengganggu saat membaca
• Memberikan keluhan silau dan halo atau warna sekitar sumber cahaya
• Mengganggu penglihatan


6.      Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleuas, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambah usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna namapak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan Kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi, perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang daari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa Misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan Kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi. Sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia darn tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistematis, seperti DM, namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang ketika orang memasuki decade ke tujuh. Katarak dapat bersifat congenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak didiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alcohol, merokok, DM, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.
7.      Gejala klinis
Secara umum gejala klinisnya sebagai berikut
-          Gatal – gatal pada mata
-          Air mata mudah keluar
-          Pada malam hari penglihatan terganggu
-          Pandangan kabur yang tidak dapat dikoreksi dengan kaca mata atau ukuran kaca mata yang sering berubah.
-          Pupil yang normalnya berwarna hitam, menjadi berwarna kekuningan, abu – abu, atau putih
-          Sulit saat membaca atau mengemudi di malam hari.
-          Dapat melihat dobel pada satu mata
-          Penurunan tajam penglihatan secara progresif dan penglihatan seperti berasap
-          Setelah katarak bertambah matang, maka retina menjadi semakin sulit dilihat, akhirnya reflek fundus tiidak ada, dan pupil berwarna putih.
-          Peka terhadap sinar atau cahaya.
-          Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
-          Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

8.      Pemeriksaan Fisik
·         Kekeruhan pada daerah pupil
·         Hilangnya reflek fundus saat pemerikasaan menggunakan oftalmoskop
·         Klien mengeluhkan penurunan pandangan bertahap tetapi tidak nyeri
·         Pandangan kabur, berkabut atau pandangan ganda
·         Klien juga melaporkan melihat glare atau halo di sekitar sinar lampu saat berkendara di malam hari, kesulitan dengan pandangan malam, kesulitan untuk membaca, sering memerlukan perubahan kacamata dan gangguan yang menyilaukan serta penurunan pandangan pada cuaca cerah. Klien juga mengeluh bahwa warna menjadi kabur atau tampak kekuningan atau kecoklatan. Perlu peningkatan cahaya unruk membaca.
·         Jika klien mengalami kekeruhan sentral, klien mungkin melaporkan dapat melihat lebih baik pada cahaya suram daripada terang, karena katarak yang terjadi di tengah pada saat pupil dilatasi klien dapat melihat melalui daerah di sekitar  kekeruhan.
·         Jika nukleus lensa terkena, kemampuan refraksi mata (kemampuan memfokuskan bayangan pada retina) meningkat, kemampuan ini disebut second sight yang memungkinkan klien mebaca tanpa lensa.
·         Katarak hipermatur dapat mebocorkan protein lensa ke bola mata, yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler dan kemerahan pada mata>
·         Kaji visus terdapat penurunan signifikan.
·         Inspeksi dengan penlight menunjukkan pupil putih susu dan pada area putih keabu-abuan di belakang pupil.

9.      Pemeriksaan Diagnostik
-          Kartu mata Snellen atau mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus, atau vitreus humor, kesalahan refraksi atau penyakit system saraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
-          Keratometri
-          A-scan ultrasound dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostic, khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien ini merupakan kansidat yang baik untuk dilakukan fokoemulsifikasi dan amplantasi IOL.
-          Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
-          Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
-          Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
-          Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma
-          Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan.
-          Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi
-          EKG, kolesterol serum, lipidTes toleransi glukosa : kotrol DM

10.  Therapy/tindakan penanganan
Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari hari atau bila telah menimbulkan penyulit, seperti glaucoma dan uveitis. Biasanya pembedahan dipersiapkan untuk mengeluarkan bagian lensa yang keruh dan dimasukkan lensa buatan yang jernih permanent.
Perawatan pre operasi
û       Fungsi retina harus baik diperiksa dengan tes proyeksi sinar, khususnya makula, diperiksa dengan alat retinometri.
û       Tidak boleh ada infeksi pada mata dan jaringan sekitar mata.
û       Tidak boleh ada glaukoma. Pada keadaan glaukoma pembuluh darah retina menyesuaikan diri dengan TIO yang tinggi. Jika dilakukan pembedahan pada waktu kornea dipotong, Tio menurun pembuluh darah pecah sehingga menimbulkan perdarahan hebat.  Juga dapat menyebabkan prolaps dari isi bulbus okuli seperti seperti iris dan lensa.
û       Periksa visus
û       Keadan umum harus baik : tidak ada hipertensi, tidak ada diabetes, tidak ada batuk menahun, dan penyakit jantung.
û       2-3  hari sebelum operasi mata diberi salep.
û       1 hari sebelum operasi mata ditetesi homatropin.
û       Lakukan uji anel, uji anel negatif menunjukkan kontraindikasi mutlak untuk operasi intraokuler karena kuman dapat masuk ke dalam mata.
û       Beri salep antibiotik, jika perlu luminal tablet.
û       Injeksi luminal dan mata ditetesi pantokain tiap menit selama 5 menit.
û       mengukur panjang bola mata yang bersama Uji Ultrasonografi Sken A dengan mengukur. Pada pasien tertentu kadang-kadang terdapat perbedaan lensa yang harus ditanam pada kedua mata. Dengan cara ini dapat ditentukan ukuran lensa yang akan ditanam untuk mendapatkan kekuatan refraksi pasca bedah.
û       Jika akan melakukan penanaman lensa maka lensa diukur kekuatannya ( dioptri ) dengan alat biometri
û       Mengukur kelengkungan kornea dapat menentukan kekuatan lensa yang akan ditanam dengan alat Keratometri.

Teknik anestesi yang digunakan pada saat pembedahan:
1.    Lokal
Pada Operasi katarak teknik anestesi yang umumnya digunakan adalah anestesi lokal.
Adapun anestesi lokal dilakukan dengan teknik:
·      Topikal anastesi
·      obat anestesi yang dipakai Lidokain + Markain (1:1)àSub konjungtiva ( sering digunakan)
·      Retrobulbaer
·      Parabulbaer
2.    Umum
Anestesi umum digunakan pada pasien yang tidak kooperatif, bayi dan anak
.

Komplikasi Operasi:
Komplikasi dapat ditekan seminimal mungkin jika perawatan pre-operasi dan pasca operasi dilakukan sesuai prosedur.
Adapun komplikasi yang dapat terjadi antara lain: endophthalmitis ( infeksi intraokuler ), iris prolaps


 Macam – macam pembedahan yang dapat dilakukan antara lain :
-          Ekstraksi katarak intrakapsuler :
ekstraksi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umum dilakukan pada katarak senil. lensa beserta kapsulnya dikeluarkan dengan memutus zonula Zinn yang telah mengalami degenerasi. Pada saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan.
-          Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler :
Lensa diangkat dengan meninggalkan kapsulnya.
Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra okular, kemungkinan akan dilakukan bedah gloukoma, mata dengan presdiposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder. .
-          Fakoemulsifikasi
Merupakan penemuan terbaru pada ekstraksi ekstrakapsuler cara ini memungkinkan pengambilan lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan menggunakan alat ultrason frekuensi tinggi untuk memecah nucleus dan korteks lensa menjadi partikel kecil yang lebih pendek dan penurunan insidensi astigmatisme pasca operasi.
-          Pengangkatan lensa
Karena lensa kristalina bertanggung jawab terhadap sepertiga kekuatan focus mata, maka bila lensa di angkat, pasien memerlukan koreksi optikal. Koreksi ini dapat dilakukan dengan salah satu metode dari 3 metode yaitu:
a.       Kaca mata apakia : mampu memberikan pandangan sentral yang baik, namun pembesaran 25% sampai 30% menyebabkan penurunan dan distorsi pandangan perifer spasial, membuat benda – benda nam[ak jauh lebih dekat dari yang sebenarnya.
b.      Lensa kontak : jauh lebih nyaman dari kaca mata apakia, tidak terjadi pembesaran yang bermakna (5% sampai 10%), tidak terdapat aberasi sferis, tidak ada penurunan lapang pandangan dan tak ada kesalahan orientasi spasial.
c.       Implan lensa Intraokuler : memberikan alternative bagi lensa apakia yang tebal dan berat, untuk mengobati penglihatan pasca operasi.
Perawatan post operasi
û       Lakukan observasi dan melaporkan komplikasi pembedahan:
û       Peningkatan TIO ditandai dengan mual, muntah, nyeri parah dan infeksi.
û       Perdarahan ruanng nat anterior ditandai dengan perubahan pandangan.
û       Terbentuknya mebran sekunder ditandai dengan lensa belakang menjadi keruh.
û       Retinal detachment, ditandai dengan adanya titik hitam peningkatan jumlah floaters atau sinar kilat dan hilangnya sebagian atau seluruh lapang pandang.

11.  Komplikasi
-          Endoftalmitis
-          Edema kornea
-          Distorsi atau terbukanya luka operasi
-          Bilik mata depan dangkal
-          Glaucoma
-          Uveitis
-          Dislokasi lensa intraokuler
-          Perdarahan segmen anterior atau posterior
-          Ablasio retina
-          Sisa massa lensa
-          Robek kapsul posterior
-          Prolaps vitreous

12.  Prognosis :
Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian pengelihatan pada kelompok pasien ini. Prognosis untuk perbaikan ketajaman pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang proresif lambat.

13.  Pencegahan :
Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat dicegah. Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui adanya katarak. Bila telah berusia 60 tahun sebaiknya mata diperiksa setiap tahun. Pada saat ini dapat dijaga kecepatan berkembangnya katarak dengan:
·         Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah
·         Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur
·         Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar UV mengakibatkan katarak pada mata
·         Menjaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyakit lainnya

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A.      Pengkajian :
1.      AKTIVITAS/ISTRAHAT
Gejala
:
Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan
2.      NEUROSENSORI
Gejala
:
Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap.
Perubahan pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda
:
Tampak kecoklatan /putih susu pada pupil.
Peningkatan air mata.
3.      NYERI/KENYAMANAN
Gejala
:
Ketidaknyamanan ringan/mata berair

B.       Diagnosa keperawatan
Diagnosa pre operasi :
-          Gangguan sensori perseptual penglihatan berhubungan dengan keterbatasan penglihatan
-          Ansietas berhubungan dengan keterbatasan penglihatan
-          Resiko terhadap cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan
Diagnosa post operasi:
-          Nyeri  akut berhubungan dengan pembedahan
-          Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan hilangnya fungsi mata
-          Ansietas berhubungan dengan kerusakan sensori pascaoperarif
-          Kurang pengetahuan tentang perawatan berhubungan dengan kurang terpajan informasi mengenai perawatan post operasi.
-          Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan
-          Resiko terhadap cedera berhubungan dengan hilangnya fungsi mata

C.       Intervensi
Pre operasi
No.
Diagnosa keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi
Rasional
1.
Gangguan sensori perseptual penglihatan berhubungan dengan keterbatasan penglihatan
Setelah diberikan asuhan keperawatan pasien mampu meningkatkan kemampuan untuk memproses rangsangan visual dan mengkomunikasikan batasan pandangan
kriteria hasil:
 pasien mampu melihat dengan baik.
a.     Kaji dan dokumentasikan ketajaman penglihatan (visus dasar).
b.     Dapatkan deskriptif fungsional tentang apa yang bisa dilihat dan yang tidak bisa dilihat oleh klien

c.     Orientasikan klien pada lingkungan
d.    Letakkan alat-alat yang sering digunakan dalam pandangan klien.
e.     Berikan pencahayaan yang sesuai dengan klien.



f.      Cegah glare (sinar yang menyilaukan)


g.     Letakkan barang-barang pada tempat yang konsisten.

h.     Kaji jumlah dan tipe rangsangan yang disukai klien.
Beritahu klien bentuk rangsangan alternatif (radio, TV dan percakapan)
i.       Kolaborasi tindakan pembedahan
a.     Menentukan seberapa bagus visus klien



b.    Meberikan data dasar tentang pandangan akurat klien dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi perawatan.
c.     Mefasilitasi kebebasan bergerak dengan aman.
d.    Mengembangkan tindakan dependen dan meningkatkan keamanan.
e.     Meningkatkan penglihatan klien, lokasi katarak akan mempengaruhi apakah cahaya gelap atau terang yang lebih baik.
f.     Mencegah disstres, katarak akan memecah sinar lampu sehingga menyebabkan distress.
g.    Menguatkan atau mendorong memori sebagai pengganti penglihatan.
h.    Meningkatkan stimulus






i.      Menghilangkan kekeruhan lensa.

2.
Ansietas berhubungan dengan keterbatasan penglihatan

Setelah diberikan asuhan keperawatan pkecemasan dapat berkurang
kriteria hasil:
§ Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan rasa cemas/takutnya.
Pasien tampak rileks tidak tegang dan melaporkan kecemasannya berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi.
Pasien dapat mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang pembedahan

a.    Kaji tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda- tanda verbal dan nonverbal.
b.    Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan takutnya.
c.    Observasi tanda vital dan peningkatan respon fisik pasien
d.   Beri penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi, harapan dan akibatnya.
e.    Beri penjelasan dan suport pada pasien pada setiap melakukan prosedur tindakan
f.     6. Lakukan orientasi dan perkenalan pasien terhadap ruangan, petugas, dan peralatan yang akan digunakan.
a.     Derajat kecemasan akan dipengaruhi bagaimana informasi tersebut diterima oleh individu.
b.     Mengungkapkan rasa takut secara terbuka dimana rasa takut dapat ditujukan.
c.     Mengetahui respon fisiologis yang ditimbulkan akibat kecemasan.
d.    Meningkatkan pengetahuan pasien dalam rangka mengurangi kecemasan dan kooperatif.
e.     Mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan .
f.       Mengurangi perasaan takut dan cemas.
3.
Resiko terhadap cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan
Setelah diberikan asuhan keperawatan pasien tidak mengalami cedera dengan kriteria hasil:
Klien melaporkan jika mengalami cedera atau jatuh.
Klien mampu mencegah aktivitas yang dapat meningkatkan resiko cedera.
Klien mampu menggunakan peralatan untuk mencegah cedera.

a.     Kurangi resiko bahaya dari lingkungan klien seperti:
·      Kunci roda tempat tidur
·      Berikan pencahayaan yang adekuat.
·      Turun dari tempat tidur dari sisi mata yang tidak sakit dan tempat tidur dalam posisi rendah .
·      Pasang tempat tidur dalam posisi rendah.
·      Singkirkan benda-benda yang mudah jatuh(seperti tempat sampah, tissue< kursi tanpa sandaran)
·      Letakkan alat-alat seperti bel pemanggil, tissue, telpon, atau pengontrol ditempat yang mudah dijangkau klien pada sisi yang tidak terpengaruh.
·      Dorong klien untuk menggunakan pegangan kamar mandi jika mungkin.
·      Bersihkan lantai dari objek kecil seperti peniti, pensil dan jarum.
b.     Beritahu klien untuk mengubah posisi secara perlahan.
c.     Beritahu klien untuk tidak meraih benda untuk stabilitas.









d.    Dorong klien untuk menggunakan peralatan adaptif seperti tongkat dan walker untuk ambulasi sesuai kebutuhan.
e.     Beritahu klien untuk naik turun sesekali waktu.
f.      Tekankan pentingnya penggunaan pelindung mata saat melakukan aktivitas beresiko tinggi seperti ambulasi pada malam hari atau saat berada ditengah-tengah anak-anak atau binatang peliharaan.
a.    Mencegah cedera.












































b.    Mencegah pusing


c.    Mencegah jatuh akibat perubahan kedalaman persepsi. Benda atau objek mungkin tidak terletak di tempat yang seperti yang dilihat klien, meraih yang berlebihan akan mengubah pusat gravitasi yang akan menyebabkan klien jatuh.
d.   Meberikan sumber stabilitas.





e.    Meningkatkan rasa keseimbangan.

f.     Mencegah cedera.

Post operasi
NO.
Diagnosa keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi
Rasional
1.
Nyeri akut  berhubungan dengan pembedahan
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri berkurang
Kriteria hasil:
Klien mengungkapkan nyeri berkurang/hilang

Tidak merintih atau menangis

Ekspresi wajah rileks

Klien mampu beristrahat dengan baik.



a.       Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik dan intensitas nyeri (skala 0-10).



b.      Motivasi untuk melakukan teknik pengaturan nafas dan mengalihkan perhatian.
c.       Hindari sentuhan seminimal mungkin untuk mengurangi rangsangan nyeri.
Berikan pasien kesempatan untuk istirahat.
d.      Kurangi tingkat pencahayaan, cahaya diredupkan atau diberi tirai atau kain.
e.       Dorong penggunaan kaca mata hitam pda keadaan cahaya kuat.
f.       Kolaborasi pemberian analgesic

a.       Untuk membantu mengetahui derajat ketidaknyamanan dan keefektifan analgesic sehingga memudahkan dalam memberi tindakan.
b.      Tehnik relaksasi dapat mengurangi rangsangan nyeri.


c.       Sentuhan dapat meningkatkan rangsangan nyeri.




d.      Menurunkan tegangan otot pasien, yang dapat menurunkan intensitas nyeri.
e.       Membantu sebagai pereda nyeri.

f.       Tingkat pencahayaan yang lebih rendah lebih nyaman setelah proses pembedahan.
2.
Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan hilangnya fungsi mata

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan gangguan penglihatan teratasi dengan kriteria hasil :
-      Pasien akan meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu
-      Pasien akan mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan
-      Pasien akan mengidentifikasi atau memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan
a)   Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat







b)   Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain diareanya



c)   Observasi tanda-tanda dan gejala-gejala disorientasi ; pertahankan pagar tempat tidur sampai benar-benar sembuh dari anesthesia




d)  Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dan menyentuh sering; dorong orang terdekat tinggal dengan pasien

e)   Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata






f)    Ingatkan pasien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25%, penglihatan perifer hilang, dan buta titik mungkin ada
g)   Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan pada sisi yang tak dioperasi
a)   Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progresif. Bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju yang berbeda, tetapi biasanya hanya satu mata diperbaiki per prosedur
b)  Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasi pascaoperasi
c)   Terbangun dalam lingkungan yang tak dikenal dan mengalami keterbatasan penglihatan dapat mengakibatkan bingung pada orang tua. Menurunkan risiko jatuh bila pasien bingung/tak kenal ukuran tempat tidur
d)  Memberikan rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan mnurunkan bingung


e)   Gangguan penglihatan/iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata tetapi secara bertahap menurun dengan penggunaan. Catatan :  iritasi lokal harus dilaporkan ke dokter, tetapi jangan hentikan penggunaan obat sementara
f)   Perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingung penglihatan atau meningkatkan risiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi
g)   Memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan untuk pertolongan bila diperlukan
4.
Ansietas berhubungan dengan kerusakan sensori pascaoperarif

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kecemasan dapat teratasi dengan kriteria hasil :
-     Pasien tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi
-     Pasien menunjukkan keterampilan pemecahan masalah
-     Pasien menggunakan sumber secara efektif  
a)    Kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman nyeri atau timbulnya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini


b)   Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan dapat mencegah kehilangan penglihatan tambahan
c)    Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan


d)   Identifikasi sumber atau orang yang menolong
a)    Faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri, potensial siklus ansietas, dan dapat mempengaruhi upaya medic dan mengontrol TIO

b)    Menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan/harapan yang akan datang dan memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan informasi tentang pengobatan
c)    Memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi nyata, mengklarifikasi salah konsepsi dan pemecahan masalah
d)   Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri dalam menghadapi masalah
5.
Kurang pengetahuan tentang perawatan berhubungan denga kurang terpajan informasi mengenai perawatan post operasi

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pengetahuan pasien bertambah dengan kriteria hasil :
-     Pasien menyatakan pemahaman kondisi atau proses penyakit dan pengobatan
-     Pasien melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan
a)    Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur/lensa

b)    Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin. Beritahu untuk melaporkan penglihatan berawan




c)    Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas
d)   Anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip; mengangkat bebab berat, mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul, meniup hidung, penggunaan bedak bubuk




e)    Tekankan kebutuhan untuk menggunakan kaca pelindung selama hari pembedahan


f)     Anjurkan pasien tidur terlentang, mengatur intensitas lampu
g)    Dorong pemasukan cairan adekuat, makan berserat  
a)     Meningkatkan pemahaman dan mmeningkatkan kerjasama dengan program pascaoperasi
b)     Pengawasan periodic menurunkan risiko komplikasi serius. Pada beberapa pasien kapsul posterior dapat menebal atau menjadi berkabut dlm 2 mgg sampai bbrp tahun pascaoprasi,memerlukan terapi laser untuk memperbaikinya
c)     Dapat beraksi silang/campur dengan obat yang diberikan

d)    Aktivitas yang menyebabkan mata lelah/regang, maneuver valsalva, atau meningkatkan TIO dapat mempengaruhi hasil bedah dan mencetuskan perdarahan. Catatan:iritasi pernapasan yang menyebabkan batuk/bersin dapat meningkatkan TIO
e)     Mencegah cidera kecelakaan pada mata dan menurunkan risiko peningkatan TIO sehubungan dengan berkedip atau posisi kepala
f)      Mencegah cedera kecelakaan pada mata

g)     Mempertahankan konsistensi feses untuk menghindari mengejan
6.
Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan risiko tinggi terhadap infeksi teratasi dengan kriteria hasil :
-   Pasien akan meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen, eritema dan demam
Pasien akan mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi
a)   Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati mata
b)   Gunakan/tunjukkan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam ke luar dengan tisu basah/bola kapas untuk tiap usapan, ganti balutan, dan masukan lensa kontak bila menggunakan
c)   Tekankan pentingnya tidak menyentuh/menggaruk mata yang dioperasi
d)  Observasi/diskusikan tanda terjadinya infeksi, contoh : kemerahan, kelopak bengkak, drainase purulen. Identifikasi tindakan kewaspadaan bila terjadi ISK
e)   Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi :
-          Antibiotik (topikal, parenteral, atau subkonjungtiva)







-          Steroid
a)   Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi area operasi

b)   Teknik aseptik menurunkan risiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang




c)   Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi

d)  Infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah prosedur dan mmemerlukan upaya intervensi. Adanya ISK meningkatkan risiko kontaminasi silang

e)   Fungsi obat

-      Sediaan topical digunakan secara profilaksis, dimana terapi lebih agresif diperlukan bila terjadi infeksi. Catatan : steroid mungkin ditambahkan pada antibiotik topical bila pasien mengalami implantasi IOL
-      Digunakan untuk menurunkan imflamasi
7.
Resiko terhadap cedera berhubungan dengan hilangnya nya fungsi mata

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan resiko tinggi terhadap cedera teratasi dengan kriteria hasil :
-      Pasien akan menyatakan pemahaman factor yang terlibat dalam kemungkinan cedera
-      Pasien akan menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan factor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera
Pasien akan mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan 
a)   Diskusikan apa yang terjadi pada pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan aktivitas, penampilan, balutan mata
b)   Beri pasien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan







c)   Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok
d)  Ambulasi dengan bantuan ; berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anestesi
e)   Anjurkan menggunakan teknik manajemen stress, contoh bimbingan imajinasi, visualisasi, napas dalam dan latihan relaksasi
f)    Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi


g)   Minta pasien untuk membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri mata tajam tiba-tiba. Selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan. Observasi hifema (perdarahan pada mata) dengan senter sesuai indikasi.

h)   Observasi pembengkakan luka, bilik anterior kempes, pupil berbentuk buah pir

i)     Kolaborasi pemberian obat :
-     Antiemetik contoh Proklorperazin (compazine)


-     Asetazolamid (diamox)




-     Sikloplegis





-      Analgesik contoh Empirin dengan kodein, asetaminofen (tyenol)
a)    Membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkan kerja sama dalam pembatasan yang diperlukan

b)   Istirahat hanya beberapa menit sampai beberapa jam pada bedah rawat jalan atau menginap semalam bila terjadi komplikasi. Menurunkan tekanan pada mata yang sakit, meminimalkan risiko perdarahan atau atau stress pada jahitan/jahitan terbuka
c)    Menurunkan stress pada area operasi/menurunkan TIO
d)  Memerlukan sedikit regangan daripada penggunaan pispot, yang dapat meningkatkan TIO
e)   Meningkatkan relaksasi dan koping menurunkan TIO




f)   Digunakan untuk melindungi dari cedera kecelakaan dan menurunkan gerakan mata
g)  Ketidaknyamanan mungkin karena prosedur pembedahan; nyeri akut menunjukkan TIO dan atau perdarahan, terjadi karena regangan atau tak diketahui penyebabnya (jaringan sembuh banyak vaskularisasii, dam kapiler sangat rentan)
h)  Menunjukkan prolaps iris atau ruptur luka disebabkan oleh kerusakan jahitan atau tekanan mata

i)    Fungsi obat

- Mual muntah dapat meningkatkan TIO, memerlukan tindakan segera untuk mencegah cedera okuler
- Diberikan untuk menurunkan TIO bila terjadi peningkatan. Membatasi kerja enzim pada produksi akueus humor
- Diberikan untuk melumpuhkan otot siliar untuk dilatasi dan istirahat iris setelah pembedahan bila lensa tidak terganggu
- Digunakan untuk ketidaknyamanan ringan, meningkatkan istirahat/mencegah gelisah, yang dapat mempengaruhi TIO
catatan : penggunaan aspirin dikontraindikasikan karena meningkatkan kecenderungan perdarahan

EVALUASI PRE OPRASI
1.      pasien mampu melihat dengan baik.
2.      § Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan rasa cemas/takutnya.
Pasien tampak rileks tidak tegang dan melaporkan kecemasannya berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi.
Pasien dapat mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang pembedahan
3.      Klien melaporkan jika mengalami cedera atau jatuh.
Klien mampu mencegah aktivitas yang dapat meningkatkan resiko cedera.
Klien mampu menggunakan peralatan untuk mencegah cedera.

EVALUASI POST OP
1.      Klien mengungkapkan nyeri berkurang/hilang
Tidak merintih atau menangis
Ekspresi wajah rileks
Klien mampu beristrahat dengan baik.
2.      Pasien meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu
Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan
Mengidentifikasi atau memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan
3.      Pasien tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah
Menggunakan sumber secara efektif
4.      Pasien menyatakan pemahaman kondisi atau proses penyakit dan pengobatan
Pasien melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan
5.      Pasien meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen, eritema dan demam
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi
6.      Pasien menyatakan pemahaman factor yang terlibat dalam kemungkinan cedera Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan factor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera, mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan
DAFTAR PUSTAKA

  1. Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa. Jakarta . EGC
  2. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC
  3. Istigomah, Indriana. 2003.Asuhan Kerawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta : EGC
  4. http://www.jakarta-eye-center.com/default.asp?menu=artikel&id=53
  5. http://www.pdfdownload.org/pdf2html/pdf2html.php?url=http%3A%2F%2Fwww.klinikmatanusantara.com%2Ffile%2F329.pdf&images=yes
  6. http://id.wikipedia.org/wiki/Katarak
  7. http://www.geocities.com/infokeben/katarak.htm
  8. http://hayato31.blogspot.com/2009/04/askep-katarak.html
  9. http://kinton.multiply.com/reviews/item/5
  10. http://motorcyber.blogspot.com/2009/01/askep-katarak.html
  11. http://blog.asuhankeperawatan.com/414askep/katarak/
  12. http://ns-nining.blogspot.com/2008/10/asuhan-keperawatan-klien-dengan-katarak.html
  13. http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/02/21/katarak/


























Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tresna Ring Gumi

Tresna Ring Gumi
Sebagai Wahana Pecinta Alam